Seseorang yang mengucapkan kalimat syahadat la ilaaha illAlloh diharuskan memahami dan melaksanakan syarat-syaratnya agar kalimat yang ia ucapkan diterima di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala. Syarat-syarat La Ilaha illAlloh adalah:
1) al-‘Ilmu (ilmu atau pengetahuan tentang arti La Ilaha illAlloh).
Pengetahuan tentang arti La Ilaha IllAlloh adalah hal utama bagi seseorang yang bersaksi atas syahadat terse-but. Tanpa mengetahui artinya, tidak ada gunanya lafadz syahadat tersebut bagi yang bersaksi. Arti yang wajib di-ketahui bagi seseorang yang bersyahadat adalah arti glo-bal yang telah dijelaskan di atas (point 1).
Sedangkan arti detail, perlu dipelajari terus untuk menambah keimanan seseorang dan mencegahnya dari terjatuh kepada lawan syahadat tersebut, yaitu kesyirikan.
“Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Alloh.” QS. Muhammad (47): 19
2) al-Yaqin (keyakinan tentang kebenaran syahadahnya).
Seseorang yang bersaksi La Ilaha IllAlloh dan di hati-nya meragukan kebenaran syahadat ini, maka syahadat-nya tidak akan diterima. Mempelajari isi syahadat pada khususnya dan agama Islam pada umumnya dengan disertai doa kepada Alloh subhanahu wa ta’ala insya Alloh akan memperkuat keyakinan seseorang dari waktu ke waktu.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanya-lah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh, mereka itulah orang-orang yang benar.” QS. al-Hujurat (49): 15
3) al-Inqiyad (tunduk melaksanakan kandungannya).
Syahadat mempunyai berbagai tuntutan dan kandungan yang harus dilaksanakan sebagai konsekuensi dari keima-nan kita kepadanya. Terhadap berbagai tuntutan dan kan-dungan tersebut, kita harus tunduk kepadanya, lahir dan batin.
4) al-Qabul (menerima, tidak menolak kandungan-kandungannya).
Syahadat tidak diterima dari seseorang yang menerima sebagian kandungan dan menolak sebagian lagi. Seperti hal-nya orang-orang murtad di Jazirah Arab ketika Rosululloh solallohu ‘alaihi wa sallam wafat dunia, mereka menerima seluruh ajaran Islam ke-cuali zakat. Maka mereka pun diperangi Abu Bakar se-bagai orang-orang yang keluar dari agama.
“Apakah kalian beriman kepada sebagian dari al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tia-dalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari pada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan du-nia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Alloh tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.” QS.Al Baqoroh (2): 85
5) al-Ikhlash (bersyahadat dan melaksanakan isinya hanya demi Alloh subhanahu wa ta’ala).
Artinya bahwa seseorang bersyahadat harus hanya karena Alloh subhanahu wa ta’ala dan tidak mengharapkan apapun dari siapa pun juga, selain Alloh subhanahu wa ta’ala.
“Mereka tidak diperintahkan kecuali beribadah kepada Alloh dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya.” QS. al-Bayyinah (98): 5
6) ash-Shidq (jujur).
Yang dimaksud dengan jujur adalah bahwa syahadat yang diucapkan benar-benar meresap di dalam hati, bukan hanya di mulut saja.
Rosululloh solallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mengucapkan La Ilaha IllAlloh dengan jujur dari hatinya, niscaya dia masuk surga.” (HR. Bukhori, Muslim dan Ahmad)
7) al-Mahabbah (kecintaan).
Seseorang yang bersyahadat harus mencintai syahadat tersebut dan mencintai orang-orang yang bersyahadat lain-nya. Harus memberikan al-wala’ dan al-baro’ atas dasar syahadatnya tersebut. Yaitu berwala’ kepada ahli La Ilaha IllAlloh dan berbaro’ kepada musuh-musuh La Ilaha IllAlloh.
Rosululloh solallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Alloh dan membenci karena-Nya pula.” (HR. Ahmad)
Semoga apa yang telah kami jelaskan diatas mendapatkan pahala disisi-Nya dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar